Selasa, 30 November 2010

tmen2 KKN luv u all.........

proposal q

PENGARUH PENERAPAN MEDIA BERBASIS KOMPUTER DALAM MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING TERHADAP MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR KELAS X SMAN 1 TALUN PADA MATERI SENYAWA LARUTAN ELEKTROLIT DAN NON-ELEKTROLIT


PROPOSAL SKRIPSI




Oleh:
Asisul Khoirot
(207331408084)










UNIVERSITAS NEGERI MALANG
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
JURUSAN KIMIA
PRODI PENDIDIKAN KIMIA
Oktober, 2010




LEMBAR PERSETUJUAN PROPOSAL SKRIPSI

Pengaruh Penerapan Media Berbasis Komputer Dalam Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Terhadap Motivasi Dan Prestasi Belajar Kelas X Sman 1 Talun Pada Materi Senyawa Larutan Elektrolit Dan Non-Elektrolit

oleh Asisul Khoirot ini
telah diperiksa dan disetujui oleh

Malang, Oktober 2010
Pembimbing I




NIP


Malang, Oktober 2010
Pembimbing II




NIP




  1. Judul Penelitian :
Pengaruh Penerapan Media Berbasis Komputer Dalam Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Terhadap Motivasi Dan Prestasi Belajar Kelas X SMAN 1 Talun Pada Materi Senyawa larutan elektrolit dan non-elektrolit

  1. Abstrak :
Penggunaan media berbasis komputer dapat menyajikan materi pelajaran yang lebih menarik, tidak monoton, dan memudahkan penyampaian. Pembelajaran kimia meliputi tiga aspek penting yaitu aspek makroskopis, mikroskopis, dan simbolik. Ketiga aspek tersebut harus dibelajarkan kepada siswa agar tidak mengalami kesalahan konsep. Namun kenyataannya pengajar masih jarang menyampaikan materi kimia sampai aspek mikroskopis. Hal ini terjadi karena pengajar mengalami kesulitan dalam menyampaikan materi hingga aspek mikroskopis. Sehingga kebanyakan siswa masih sering mengalami kesalah konsep. Salah satu sarana yang dapat dipergunakan oleh pengajar kimia dalam menyampaikan materi pelajaran hingga aspek mikroskopis adalah dengan menggunakan media berbasis komputer.Penelitian ini bertujuan untuk menjadikan media pembelajaran berbasis komputer yang menarik, interaktif, dan mudah dipahami pada materi elektrolit dan non-elektrolit.Dengan adanya media pembelajaran peserta didik dapat menerima dan menyerap informasi secara maksimal dari materi yang disampaikan guru, sehingga dapat menciptakan kondisi keaktifan siswa terhadap prestasi belajar.
Tujuan dari penelitian ini adalah (1) mengetahui pengaruh penggunaan media berbasis komputer dalam model pembelajaran inkuiri terbimbing terhadap motivasi belajar Kelas X SMAN 1 Talun Pada Materi Senyawa larutan elektrolit dan non-elektrolit (2) mengetahui pengaruh penggunaan media berbasis komputer dalam model pembelajaran inkuiri terbimbing terhadap prestasi belajar Kelas X SMAN 1 Talun Pada Materi Senyawa larutan elektrolit dan non-elektrolit(3) mengetahui perbedaan penggunaan media berbasis komputer dalam model pembelajaran inkuiri terbimbing terhadap motivasi dan prestasi belajar Kelas X SMAN 1 Talun Pada Materi Senyawa larutan elektrolit dan non-elektrolit
Penelitian ini menggunakan rancangan “Quasi-Experimental Design”. Dengan populasi siswa kelas X SMAN 1 Talun. Sampel penelitian terdiri dari dua kelas, yang satu bertindak sebagai kelas eksperimen sedang yang lain sebagai kelas kontrol. Pada pelaksanaannya kelas eksperimen diajar dengan media berbasis computer dalam model pembelajaran inkuiri terbimbing dan kelas kontrol diajar dengan tidak menggunakan media berbasis computer dalam model pembelajaran inkuiri terbimbing. Penentuan kelas dilakukan dengan metode cluster random sampling. Metode pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini adalah tes evaluasi berupa data pretest, dan postest, lembar observasi, angket.
  1. Latar Belakang Penelitian
Pendidikan sebagai usaha terencana dari kegiatan manusia dan untuk manusia, tidak dapat melepaskan diri dari pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Pada hakekatnya proses belajar mengajar adalah dengan komunikasi. Komunikasi menurut (JICA, 2000) diartikan sebagai usaha atau proses untuk menyamakan isi atau pesan antara pemberi dan penerima. Oleh karena itu, komunikasi dalam pembelajaran haruslah efektif dan efisien.
Pendidikan harus bersifat fungsional terhadap perkembangan masyarakat. Oleh kaena itu, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi menuntut adanya SDM yang terampil sesuai dengan kebutuhan dan tuntutan jaman.
Upaya dalam meningkatkan kualitas pendidikan dapat tercapai secara optimal bila diimbangi dengan pengembangan dan perbaharuan terhadap komponen pendidikan. Untuk itu perlu dilakukan peningkatan mutu pendidikan nasional dalam menyiapkan peserta didik menjadi subjek yang mampu berperan dalam menampilkan keunggulan dirinya pada bidang masing-masing dan pencapaian kompetensi peserta didik untuk bertahan menyesuaikan diri serta berhasil di masa yang akan datang bisa terwujud. Dengan adanya tantangan tersebut guru sebagai fasilitator dalam proses belajar mengajar harus mampu mendesain mata pelajaran dan terampil mengkomunikasikan pada peserta didik seoptimal mungkin agar peserta didik dapat menyerap informasi yang diberikan. Untuk mengetahui bagaimana peserta didik dapat memproses setiap informasi yang diterimanya dengan baik dapat diketahui melalui pencapaian prestasi belajar. Tentunya prestasi belajar tersebut dapat diketahui melalui penilaian oleh guru bidang studi, baik melalui latihan soal, ujian harian, maupun ulangan tengah semester dan ulangan akhir semester.
Pembelajaran siswa di kelas harus dapat memfasilitasi terjadinya belajar aktif. Kondisi dan sarana belajar diciptakan sedemikian rupa agar antara siswa dapat saling bertanya untuk menggali masalah, mendiskusikan ide, belajar mendengarkan ide orang lain, melakukan kritik membangun, menyimpulkan penemuan mereka dalam bentuk tulisan dan dapat mengkomunikasikannya. Berdasarkan hal tersebut maka diperlukan adanya pendekatan inkuiri dalam pembelajaran. Pendekatan yang menerapkan proses inkuiri sering disebut sebagai cara belajar siswa aktif ketika siswa melakukan berbagai aktivitas ilmiah untuk membentuk hasil belajar.
Penelitian tentang keefektifan penggunaan moel inkuiri bebas dan model inkuiri terbimbing pada pembelajaran kimia di tingkat SMA telah dilakukan oleh Sulistina(2009) yang hasilnya pembelajaran dengan menggunakan model inkuiri lebih baik dibandingkan pembelajaran secara konvensional. Penelitian pembelajaran inkuiri menggunakan pendekatan inkuiri terbimbing antara lain juga dilakukan oleh indayani (2000), Zulfikar (2005), Rosadi (2006). Dalam penelitian Indayani (2000) menemukan bahwa metode inkuiri terbimbing lebih efektif dibandingkan dengan metode konvensional pada pengajaran pokok bahasan gerak melingkar beraturan kelas 1 SMU NU 1 Gresik. Zulfikar (2005) menemukan hal yang serupa bahwa model pembelajaran inkuiri terbimbing dan tipe STAD memberikan kualitas yang baik pada proses pembelajaran untuk materi pokok larutan elektrolit dan larutan non elektrolit siswa kelas X SMAN 2 Malang. Penelitian Rosadi (2006) juga memperlihatkan bahwa prestasi belajar kimia siswa SMAN 1 Kuterejo Mojokerto yang diajarkan dengan pendekatan inkuiri terbimbing lebih tinggi dibandingkan dengan prestasi siswa yang diajar dengan verifikasi.
Berdasarkan uraian di atas, judul yang diambil oleh penulis dalam penelitian ini adalah” Pengaruh Penerapan Media Berbasis Komputer Dalam Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Terhadap Motivasi Dan Prestasi Belajar Kelas X SMAN 1 Talun Pada Materi Senyawa larutan elektrolit dan non-elektrolit”

  1. Penelaah Studi Kepustakaan
Tinjauan Kepustakaan
Menurut depdiknas (2006) pembelajaran kimia seharusnya menekankan pada pemberian pengalaman belajar secara langsung melalui penggunaan dan penembangan keterampilan proses dan sikap ilmiah. Pembelajaran pendekatan inkuisi mengacu pada pembelajaran kimia menurut Depdiknas karena pada pembelajaran inkuisi, siswa didorong untuk terlibat secara aktif dalam percobaan, menggali pengetahuan dan informasi secara langsung sampai memungkinkan mereka menemukan prinsip-prinsip yang berguna bagi diri mereka sendiri. Proses inkuisi juga dapat menumbuhkan kemempuan berfikir, bekerja dan bersikap ilmiah dan berkomunikasi sebagai salah satu aspek penting kecakapan hidup.
  1. Media
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi semakin mendorong upaya-upaya pembaharuan dalam pemanfaatan hasil-hasil teknologi dalam proses belajar (Arsyad, 2002:2). Oleh karena itu guru dituntut untuk dapat mengembangkan keterampilan membuat media pembelajaran yang akan digunakan dalam proses pembelajaran. Untuk itu guru harus memiliki pengetahuan dan pemahaman yang cukup tentang media tersebut (Hamalik dalam Arsyad, 2002:2)
Media berasal dari kata latin, yang merupakan bentuk jamak dari kata medium. Secara harfiah kata tersebut mempunyai arti perantara atau pengantar. Tetapi beberapa diantaranya mengemukakan bahwa media adalah sebagai berikut:
  • Teknologi pembawa pesan yang dapat dimanfaatkan untuk keperluan pembelajaran. Jadi media adalah perluasan dari guru (Schram dalam Susilana, 2007: 5)
  • Sarana komunikasi dalam bentuk cetak maupun audio visual, termasuk teknologi perangkat kerasnya (NEA dalam Susilana, 2007: 5)
  • Alat untuk memberikan perangsang bagi siswa supaya terjadi proses belajar (Briggs dalam Susilana, 2007: 5)
  • Segala bentuk dan saluran yang dipergunakan untuk proses penyaluran pesan (AECT dalam Susilana, 2007: 5)
  • Berbagai jenis komponen dalam lingkungan siswa yang dapat merangsang siswa untuk belajar (Gagne dalam Susilana, 2007: 6)
  • Segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan yang dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan kemauan siswa untuk belajar (Miarso dalam Susilana, 2007: 6)
  1. Media Pembelajaran Berbasis Komputer
Menurut Benny (2006) media pembelajaran berbasis computer dapat diartikan sebagai teknologi yang mengoptimalkan peran komputer sebagai sarana untuk menampilkan dan merekayasa teks, grafik dan suasana dalam sebuah tampilan yang terintegrasi. Sedangkan Arsyad (2007:31) berpendapat media hasil teknologi berbasis komputer merupakan cara menghasilkan atau menyampaikan materi dengan mengunakan sumber-sumber yan berbasis mikroprosesor, jadi media pembelajaran berbasis computer merupakan segala sesuatu yan dikembangkan dengan mengoptimalkan kemampuan komputer untuk menyampaikan informasi dari guru kepada siswa.
Beberapa keuntungan menggunakan media berbasis komputer adalah:
  1. Media ini menjadi sarana dalam melakukan simulasi melatih keterampilan dan kompetisi tertentu (Benny:2006)
  2. Mendukung siswa dalam belajar (Krajan:2002)
  3. Pembelajaran dapat berorientasi pada siswa dan melibatkan interaktivitas siswa yang tinggi (Arsyad,2007:32)
  4. Memudahkan siswa dalam mempelajari materi yang kompleks (Salomon, Perkins dan Tamar, 1991 dalam Krajah, 2002)
Berdasarkan produk Muhammad Hubbi (2009) dalam skripsinya “pengembangan media pembelajaran kimia berbasis komputer untuk materi pokok termokimia” dijelaskan bahwa kelayakan media pembelajaran termokimia berbasis komputer dari hasil validasi dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran termokimia berbasis komputer yang telah dikembangkan sudah layak, dengan hasil validasi konten 84,40% dan hasil uji terbatas 89,69%.
  1. Inkuiri Terbimbing
Inti dari pendidikan berbasis inkuiri dalah proses yang berpusat pada siswa. Semua pembelajaran dimulai dengan pebelajar. Apa yang diketahui siswa dan apa yang ingin mereka lakukan dan pelajari merupakan dasar utama pembelajaran.
Inkuiri berasal dari bahasa Inggris inquiry yang dapat diartikan sebagai proses bertanya dan mencari tahu jawaban terhadap pertanyaan ilmiah yang diajukannya. Sehingga dapat dikatakan bahwa inkuiri adalah suatu proses untuk memperoleh dan mendapatkan informasi dengan melakukan observasi dan atau eksperimen untuk mencari jawaban atau memecahkan masalah terhadap pertanyaan atau rumusan masalah dengan menggunakan kemampuan berpikir kritis dan logis (Schmidt dalam Ibrahim, 2007).
Kegiatan inkuiri terbimbing yaitu guru mengemukakan suatu permasalahan yang dapat juga bersumber dari buku teks atau LKS, kemudian guru membimbing siswa secara intensif untuk menemukan jawabannya. Menurut Orlich, et al (dalam Ibrahim, 2007), menyebutnya sebagai pembelajaran penemuan (discovery learning) karena siswa dibimbing secara hati-hati untuk menemukan jawaban terhadap masalah yang dihadapi.
Inkuiri terbimbing cocok untuk diterapkan pada pembelajaran mengenai konsep-konsep dan prinsip-prinsip. Dalam hal ini, guru harus sudah memprediksikan hasil dari pembelajaran. Untuk itu, guru harus dapat mengelola kegiatan belajar dengan baik.
Sintaks inkuiri terbimbing terdiri atas empat fase, yaitu:
  1. fase investigasi dan pengenalan kepada siswa;
pada fase ini, guru memberikan suatu permasalahan kepada siswa yang dapat bersumber dari buku teks atau LKS.
  1. pengelompokan masalah oleh siswa;
siswa melakukan diskusi untuk membahas suatu permasalahan yang telah dikemukakan oleh guru.
  1. identifikasi masalah dalam penyelidikan;
siswa mengidentifikasi suatu permasalahan yang kemudian diselidiki akan kebenarannya.
  1. memberikan kemungkinan mengatasi kesulitan/masalah.
guru membantu siswa dalam membahas suatu permasalahan agar tidak salah persepsi.
  1. Motivasi
Motivasi dalam belajar adalah faktor yang penting karena hal tersebut merupakan keadaan yang mendorong siswa untuk melakukan belajar. Motivasi dalam belajar adalah bagaimana cara mengatur agar motivasi siswa dapat ditingkatkan. Demikian pula dalam kegiatan belajar mengajar sorang anak didik akan berhasil jika mempunyai motivasi untuk belajar. Dalam perkembangannya motivasi dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu (a) motivasi instrinsik dan (b) motivasi ekstrinsik. Motivasi instrinsik dimaksudkan dengan motivasi yang bersumber dari dalam diri seseorang yang atas dasarnya kesadaran sendiri untuk melakukan sesuatu pekerjaan belajar. Sedangkan motivasi ekstrinsik dimaksudkan dengan motivasi yang datangnya dari luar diri seseorang siswa yang menyebabkan siswa tersebut melakukan kegiatan belajar.
Menurut Dimyati & Mudjiono (1994: 75) ada 3 komponen utama dalam motivasi yaitu kebutuhan, dorongan, dan tujuan. Kebutuhan terjadi bila siswa merasakan adanya keseimbangan apa yang ia miliki dan diharapkannya. Dorongan merupakan kekuatan mental untuk melakukan suatu kegiatan sesuai harapannya. Sedangkan tujuan adalah hal yang ingin dicapai oleh seorang individu.
Dikenal dua tipe motivasi menurut (Prayitno, 1989: 10), yaitu:
  1. Motivasi intrinsik
Motivasi intrinsik (Thornburgh dalam Prayitno,1989: 10 ) adalah keinginan bertindak yang disebabkan faktor pendorong dari dalam diri individu. Tingkah laku terjadi tanpa dipengaruhi oleh faktor dari lingkungan. Individu yang digerakkan oleh motivasi intrinsik, baru akan puas kalau kegiatan yang dilakukan telah mencapai hasil yang terlibat dalam kegiatan itu. Di dalam proses belajar siswa yang bermotivasi secara intrinsik dapat dilihat dari kegiatannya yang tekun dalam mengerjakan tugas-tugas belajar karena merasa butuh dan ingin mencapai tujuan belajar yang sebenarnya.
  1. Motivasi ekstrinsik
Kemajuan teknologi komputer saat ini sangatlah pesat, seiring dengan bertambahnya zaman. Berdasarkan motivasi intrinsik tujuan utama individu melakukan kegiatan adalah untuk mencapai tujuan yang terletak di luar aktivitas belajar itu sendiri (Prayitno, 1989: 14).
  1. Prestasi Belajar
Untuk mencapai prestasi belajar siswa sebagaimana yang diharapkan, maka perlu diperhatikan beberapa faktor yang mempengaruhi prestasi belajar antara lain faktor yang terdapat dalam diri siswa, dan faktor yang terdiri dari luar siswa. Prestasi belajar merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari kegiatan belajar, karena kegiatan belajar merupakan proses, sedangkan prestasi merupakan hasil dari proses belajar. Memahami pengertian prestasi belajar secara garis besar harus bertitik tolak kepada pengertian belajar itu sendiri. Untuk itu para ahli mengemukakan pendapatnya yang berbeda-beda sesuai dengan pandangan yang mereka anut. Namun dari pendapat yang berbeda itu dapat kita temukan satu titik persamaan. Sehubungan dengan prestasi belajar.
Menurut Arikunto (2008: 151) bahwa fungsi tes dari prestasi belajar adalah ditinjau dari 3 hal, yaitu:fungsi untuk kelas, fungsi untuk bimbingan, dan fungsi untuk administrasi.
Poerwanto (dalam Sunarto, 2009) memberikan pengertian prestasi belajar yaitu “hasil yang dicapai oleh seseorang dalam usaha belajar sebagaimana yang dinyatakan dalam rapor.”Selanjutnya Winkel (dalam Sunarto, 2009) mengatakan bahwa “prestasi belajar adalah suatu bukti keberhasilan belajar atau kemampuan seseorang siswa dalam melakukan kegiatan belajarnya sesuai dengan bobot yang dicapainya.” Sedangkan menurut S. Nasution (dalam Sunarto 2009) prestasi belajar adalah: “Kesempurnaan yang dicapai seseorang dalam berfikir, merasa dan berbuat. Prestasi belajar dikatakan sempurna apabila memenuhi tiga aspek yakni: kognitif, afektif dan psikomotor, sebaliknya dikatakan prestasi kurang memuaskan jika seseorang belum mampu memenuhi target dalam ketiga kriteria tersebut.”
Berdasarkan pengertian di atas, maka dapat dijelaskan bahwa prestasi belajar merupakan tingkat kemanusiaan yang dimiliki siswa dalam menerima, menolak dan menilai informasi-informasi yang diperoleh dalam proses belajar mengajar. Prestasi belajar seseorang sesuai dengan tingkat keberhasilan sesuatu dalam mempelajari materi pelajaran yang dinyatakan dalam bentuk nilai atau rapor setiap bidang studi setelah mengalami proses belajar mengajar. Prestasi belajar siswa dapat diketahui setelah diadakan evaluasi. Hasil dari evaluasi dapat memperlihatkan tentang tinggi atau rendahnya prestasi belajar siswa. Menurut Arikunto (2008: 26) alat evaluasi juga dikenal dengan instrumen evaluasi.
  1. Materi Larutan Elektrolit dan Non-Elektrolit
Larutan Elektrolit dan Non-Elektrolit pada penelitian ini merupakan materi yang mempelajari tentang sifat larutan non elektrolit dan elektrolit berdasarkan data hasil percobaan

  1. Rumusan Masalah
  1. Bagaimana pengaruh penggunaan media berbasis komputer dalam model pembelajaran inkuiri terbimbing terhadap motivasi belajar kelas X SMAN 1 Talun pada materi larutan elektrolit dan non-elektrolit?
  2. Bagaimana pengaruh penggunaan media berbasis komputer dalam model pembelajaran inkuiri terbimbing terhadap prestasi belajar kelas X SMAN 1 Talun pada materi larutan elektrolit dan non-elektrolit?
  3. Adakah perbedaan penggunaan media berbasis komputer dalam model pembelajaran inkuiri terbimbing terhadap motivasi dan prestasi belajar kelas X SMAN 1 Talun pada materi larutan elektrolit dan non-elektrolit?

  1. Tujuan Penelitian
  1. Untuk mengetahui pengaruh penggunaan media berbasis komputer dalam model pembelajaran inkuiri terbimbing terhadap motivasi belajar kelas X SMAN 1 Talun pada materi larutan elektrolit dan non-elektrolit
  2. Untuk mengetahui pengaruh penggunaan media berbasis komputer dalam model pembelajaran inkuiri terbimbing terhadap prestasi belajar kelas X SMAN 1 Talun pada materi larutan elektrolit dan non-elektrolit
  3. Untuk mengetahui perbedaan penggunaan media berbasis komputer dalam model pembelajaran inkuiri terbimbing terhadap motivasi dan prestasi belajar kelas X SMAN 1 Talun pada materi larutan elektrolit dan non-elektrolit

  1. Hipotesis
Ada pengaruh yang positif dan signifikan terhadap penggunaan media berbasis komputer dalam model pembelajaran inkuiri terbimbing terhadap motivasi dan prestasi belajar kelas X SMAN 1 Talun pada materi larutan elektrolit dan non-elektrolit.

  1. Ruang Lingkup / Batasan Penelitian
Ruang lingkup dalam penelitian ini adalah:
  1. Varibel penelitian
Variabel dalam penelitian ini meliputi:
  1. Variabel bebas
Dalam penelitian ini variabel bebasnya adalah Media berbasis komputer dalam model pembelajaran inkuiri terbimbing
  1. Variabel terikat
Sedangkan variabel terikat pada penelitian ini adalah motivasi dan prestasi belajar



  1. Populasi
Populasi atau sampel penelitian merupakan kelas X yang terdiri dari delapan kelas, sedangkan sampel yang diambil hanya dua kelas yang dipilih secara cluster random sampling.
  1. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian berada di Blitar, tepatnya di SMAN 1 Talun Jl.Raya Kaweron Tromol pos 4
  1. Batasan masalah
  1. Hasil belajar dilihat dari segi kognitif dan afektif saja.
  2. Materi yang diberikan dalam penelitian ini adalah pokok bahasan sifat larutan non elektrolit dan elektrolit berdasarkan data hasil percobaan yang dilakukan dan ditemukan siswa sendiri.
  1. Definisi Operasional
Beberapa istilah yang penting pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
  1. Media adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim kepada penerima pesan (arsyad, 2002: 3)
  2. Pembelajaran adalah proses interaksi antara peserta didik dengan lingkungannya, sehingga terjadi perubahan perilaku ke arah yang lebih baik (Mulyasa, 2007: 255)
  3. Pendekatan Inkuiri Terbimbing adalah suatu pendekatan belajar yang mengutamakan keaktifan siswa dalam menemukan konsep melalui petunjuk dari guru berupa pertanyaan-pertanyaan yang bersifat membimbing
  4. Motivasi belajar adalah kekuatan mental yang berupa keinginan, perhatian, kemauan, atau cita-cita yang mengarahkan aktifitas siswa kepada tujuan belajar. (Dimyati dan Mudjiono,1994: 74)
  5. Prestasi belajar adalah hasil yang dicapai oleh seseorang dalam usaha belajar sebagaimana yang dinyatakan dalam raport (Poerwanto dalam sunarto, 2009)
  1. Indikator pengukuran
Penelitian ini akan dilakukan beberapa indikator yaitu:
  1. Tes evaluasi (kognitif)
  2. Lembar observasi (afektif)
  3. Angket (deskriptif)

  1. Manfaat Penelitian
Dengan penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi :
  1. Siswa
Sebagai salah satu media pembelajaran terutama pada materi larutan elektrolit dan non-elektrolit yang memberikan pengalaman belajar menyenangkan dan memotivasi siswa untuk belajar kimia sehingga siswa tidak merasa bosan.
  1. Guru
Dengan penerapan media pembelajaran menggunakan media berbasis komputer dalam model pembelajaran inkuiri terbimbing diharapkan dapat digunakan untuk membantu proses pembelajaran kimia yang menyenangkan.
  1. Peneliti
Sebagai pengalaman dan pembelajaran dalam menerapkan salah satu media pembelajaran berbasis komputer dalam pembelajaran kimia.
  1. Sekolah
Sebagai bahan informasi mengenai keadaan siswa dan salah satu solusi untuk mengatasi masalah pembelajaran kimia terutama pada materi larutan elektrolit dan non-elektrolit
  1. Mahasiswa lain
Sebagai sumber informasi mengenai pengaruh penggunaan media pembelajaran dalam proses belajar mengajar saat ini.

  1. Metodologi Penelitian
  1. Rancangan Penelitian
Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian eksperimen semu (Quasi-Experimental Design). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui motivasi dan prestasi belajar terhadap pengaruh penggunaan media berbasis komputer dalam model pembelajaran inkuiri terbimbing. Desain penelitian berupa “pretest posttest control group design”, yang terdiri dari dua kelas yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol. Kelas eksperimen merupakan kelas yang diberi perlakuan dengan media berbasis komputer dalam model pembelajaran inkuiri terbimbing, sedangkan kelas kontrol merupakan kelas yang tidak diberi perlakuan dengan media berbasis komputer dalam model pembelajaran inkuiri terbimbing. Perbedaan yang berarti antara kedua hasil tes akhir antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol menunjukkan adanya pengaruh dari perlakuan yang diberikan. Desain penelitian yang digunakan dapat dilihat pada tabel berikut:
Desain penelitian:
Subyek
Pretest
Perlakuan
postest
Pemberian angket motivasi
Eksperimen kontrol
O1
O1
X1
X2
O2
O2
O3
O3
Ket : O1 : Pretest
O2 : Postest
O3 : Pemberian angket motivasi
X1 : perlakuan dengan media pembelajaran media berbasis komputer dalam model pembelajaran inkuiri terbimbing
X2 : perlakuan tidak dengan media pembelajaran media berbasis komputer dalam model pembelajaran inkuiri terbimbing
  1. Instrumen penelitian
Instrumen yang digunakan peneliti meliputi instrument perlakuam dan instrument pengukuran
  1. Instrumen Perlakuan
Instrumen perlakuan yang digunakan dalam ini adalah Silabus, RPP, dan CD media pembelajaraan berbasis komputer.
  1. Instrumen Pengukuran
Instrumen pengukuran yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
        1. Tes yang merupakan pengukuran prestasi belajar
Instrumen untuk mengukur prestasi kognitif siswa yang diajar dengan menggunakan media berbasis komputer dalam model pembelajaran inkuiri terbimbing.
Kriteria instrumen ini ada 4 hal:
  1. Daya Beda Butir Soal
Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan siswa yang pandai dengan siswa yang kemampuannya kurang.
  1. Tingkat Kesukaran Butir Soal
Taraf kesukaran berhubungan dengan banyaknya siswa yang bisa menjawab dengan benar soal tes. Suatu butir soal dikatakan baik apabila memenuhi fungsinya dengan tepat. Butir soal yang terlalu sukar tidak bisa mengungkap apa yang diketahui siswa, sedangkan jika terlalu mudah juga tidak bisa mengungkap apa yang belum diketahui siswa.
Taraf kesukaran adalah bilangan yang menunjukkan sukar atau mudahnya suatu soal yang dinyatakan sebagai indeks kesukaran (difficulty indeks). Untuk itu dalam merumuskan butir soal perlu dilihat tingkat kesukarannya secara empirik.
Besarnya indeks kesukaran antara 0,0 sampai 0,1. Dimana 0,0 menunjukkan bahwa soal terlalu sulit dan 0,1 menunjukkan soal terlalu mudah.
  1. Reliabilitas Butir Soal
Reliabilitas adalah ukuran ketepatan atau keajegan suatu tes apabila diberikan kepada subyek sama dalam waktu yang berbeda akan menghasilkan skor hasil yang sama. Rumus yang digunakan untuk mengetahui Reabilitas adalah Kuder Richardson 21 (KR 21).
  1. Validitas
Validitas adalah suatu konsep yang berkaitan dengan sejauh mana tes telah mengukur apa yang seharusnya diukur. Validitas yang perlu dilakukan adalah validitas bahan ajar dan validitas soal. Untuk validitas bahan ajar dilakukan validitas isi kepada 2 orang dosen dan 1 guru kimia SMAN 1 Talun. Pada Validitas soal dilakukan validasi pada siswa kelas XI SMAN 1 Talun.
        1. Instrumen Pengukuran Kualitas proses
Untuk mengetahui kualitas proses dalam pembelajaran digunakan lembar observasi yang telah berisi rubrik yang menggambarkan keterlaksanaan pembelajran dengan media yang digunakan, dengan rentang nilai antara 1-4.
        1. Instrumen pengukuran motivasi belajar
Untuk mengetahui motivasi belajar yang ada dalam diri siswa maka digunakan lembar angket yang berupa skala linkert yang terdiri dari 30 pernyataan. Setiap pertanyaan dalam angket mempunyai alternatif jawaban Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Tidak Setuju (TS), dan Tidak Setuju Sekali (TSS)
  1. Teknik pengumpulan data
Pengumpulan data dilaksanakan mulai awal sampai akhir penelitian. Data penelitian ini berupa data kemampuan awal siswa, data kualitas proses belajar siswa dan data motivasi belajar siswa.
Adapun teknik pengumpulan data-data tersebut adalah:
  1. Data untuk mengetahui peningkatan belajar siswa yang dilakukan pada pelaksanaan RPP ke-1 mulai awal hingga akhir. Penilaian ini berpedoman pada lembar observasi yang dibuat peneliti
  2. Data kemampuan awal siswa diperoleh dengan memberi pretes pada kelas eksperimen dan kelas kontrol
  3. Data afektif siswa selama proses pembelajaran diukur melalui lembar observasi penilaian afektif siswa untuk RPP ke-2 yang diisi melalui pengamatan selama proses pembelajaran
  4. Data motivasi siswa terhadap proses belajar mengajar diperoleh dengan mengisi angket motivasi yang diberikan setelah tes ulangan harian
  5. Data prestasi belajar siswa yang merupakan nilai pemahaman konseptual siswa diperoleh dari total nilai akhir dengan rumus = (A + 2B) : 3. Dimana A adalah rata-rata postest RPP 1, 2 dan B adalah Ulangan Harian.
  6. Untuk mengetahui tingkat validitas dapat dilihat pada pelaksanaan RPP, hasil belajar, motivasi belajar, dan keaktifan siswa.
  1. Teknik analisis data
Dalam penelitian ini, teknik analisis data menggunakan 2 cara yaitu kualitatif dan kuantitatif.
  1. Cara kuantitatif
Uji Prasyarat Analisis
Sebelum dilakukan analisis data untuk menguji hipotesis, sebelumnya dilakukan uji prasyarat analisis agar kesimpulan yang diambil memenuhi persyaratan.
  1. Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui kenormalan distribusi data.
  1. Uji homogenitas
Uji homogenitas terhadap dua kelompok sampel dimaksudkan untuk meyakinkan bahwa kedua kelompok yang digunakan sebagai sampel berasal dari populasi yang sama.
Jika Fo < Ftabel sampel memiliki varian yang sama.
  1. Uji Hipotesis
Jika uji prasyarat telah terpenuhi, maka dilakukan uji terhadap hipotesis. Uji hipotesis ini menggunakan uji t satu pihak kanan dengan pasangan hipotesis nihil (H0) terhadap hipotesis alternatif (H1).
H0 : µ1= µ2
H1 : µ1>µ2
Keterangan:
µ1 = rata-rata populasi kelompok perlakuan/ eksperimen
µ2 = rata-rata populasi kelompok kontrol
H0 diterima bila thitung < t(1-α), dengan t(1-α) diperoleh dari daftar distribusi t dengan derajat kebebasan (dk) = n1 + n2 -2 dan peluang (1-α). H0 ditolak jika thitung > t(1-α).
Kriteria pengujian hipotesis adalah:
  1. Apabila thitung > ttabel, maka H0 ditolak dan H1 diterima, yang berarti: pembelajaran dengan menggunakan media berbasis komputer dalam model pembelajaran inkuiri terbimbing mempengaruhi motivasi dan prestasi belajar siswa kelas X IPA SMAN 1 Talun pada pokok bahasan larutan elektrolit dan non-elektrolit.
  2. Apabila thitung < ttabel, maka H1 ditolak dan H0 diterima, yang berarti: pembelajaran dengan menggunakan media berbasis komputer dalam model pembelajaran inkuiri terbimbing tidak mempengaruhi motivasi dan prestasi belajar siswa kelas X IPA semester I SMAN 1 Talun pada pokok bahasan larutan elektrolit dan non-elektrolit.
  1. Cara Kualitatif
Dalam teknik analisis data secara kualitatif dilakukan untuk menganalisis keterlaksanaan RPP, motivasi belajar, keaktifan, dan prestasi belajar siswa.
  1. Keterlaksanaan RPP
Keterlaksanaan RPP ini digunakan untuk mengetahui kegiatan proses pembelajaran berlangsung sesuai dengan RPP atau tidak dan untuk mengetahui hambatan-hambatan yang mungkin dialami selama proses pembelajaran.
  1. Lembar observasi
Lembar observasi digunakan untuk memperoleh data afektif (keaktifan) siswa selama proses pembelajaran. Data afektif meliputi penilaian afektif setiap siswa.
  1. Angket
Analisis data yang diperoleh dari angket dianalisis secara deskriptif, yaitu dengan memaparkan data yang diperoleh. Analisis deskriptif yang dilakukan melalui langkah-langkah berikut ini:
  1. Memberi skor pada setiap pernyataan. Untuk pernyataan positif, SS diberi skor 4, S = 3, TS = 2, STS = 1. Sebaliknya, untuk pernyataan negatif, SS diberi skor 1, S = 2, TS = 3, STS = 4.
  2. Menetapkan skor maksimum dan minimum yang mungkin diperoleh oleh siswa. Skor maksimum yang diperoleh adalah 4 x N, yaitu 4 x 35 = 140. Sedangkan skor minimum diperoleh dari perkalian 1 x N, yaitu 1 x 35 = 35. N adalah banyaknya butir pernyataan.
  3. Menentukan skor total siswa, yaitu dengan menjumlahkan skor yang diperoleh siswa pada setiap pernyataan.
  4. Menentukan kriteria motivasi belajar siswa, yaitu dengan mengurangi skor maksimal dengan skor minimal, kemudian dibagi dengan skor tertinggi untuk setiap butir pernyataan. Kriteria motivasi belajar siswa ditentukan berdasarkan rentangan skor berikut ini:
    skor 114-140 : sangat termotivasi
    skor 88-113 : termotivasi
    skor 62-87 : tidak termotivasi
    skor 36-61 : sangat tidak termotivasi
  5. Menentukan kriteria motivasi belajar siswa dengan cara membandingkan skor total yang diperoleh oleh masing-masing siswa dengan rentangan skor motivasi belajar.
  6. Menentukan persentase motivasi belajar siswa terhadap media berbasis komputer. Adapun rumus yang digunakan adalah:
Px = Banyaknya siswa yang memberi respon x : Jumlah seluruh siswa yang memberi respon x 100%
Keterangan:
Px = Persentase (%) siswa yang menjawab respon x
x = respon siswa (Sangat Setuju, Setuju, Tidak Setuju, Sangat Tidak Setuju)
( Sugiyono, 2008)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2008. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Yogyakarta: Bumi Aksara

Arsyad, A. 2002. Media Pembelajaran. Jakarta: Rajawali Pers

Depdiknas. 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)

Dimyati & Mudjiono. 1994. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Proyek Pembinaan dan Peningkatan Mutu Tenaga Kependidikan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi

Indayani, S. 2000. Efektifitas Metode Inkuiri Terbimbing disbanding Metode Konvensional Pada Pengajaran Pokok Bahasan Gerak Melingkar Beraturan Di Kelas 1 SMU NU Gresik. Skripsi tidak diterbitkan. Malang: FMIPA Universitas Negeri Malang

JICA. 2000. Strategi Belajar Mengajar Kimia. Bandung: JICA

Mulyasa. 2007. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Bandung: Rosda

Prayitno, E. 1989. Motivasi Dalam Belajar. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan

Rosadi., F. 2006. Pengaruh Pembelajaran Ilmu Kimia dengan pendekatan inkuiri terbimbing terhadap prestasi belajar terhadap prestasi belajar SMAN 1 Kuterejo Mojokerto Tahun Pelajaran 2005/ 2006. Tesis tidak diterbitkan Malang: Pendidikan Kimia PPS Universitas Negeri Malang

Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta

Sunarto. 2009. Pengertian prestasi belajar. (Online), (http://sunartombs.wordpress.com/2009/01/05/pengertian-prestasi-belajar/, diakses tanggal 28 Mei 2010)

Sulistina, O. 2009. Keefektifan penggunaan metode pembelajaran inkuiri terbuka dan inkuiri terbimbing dalam meningkatkan kualitas proses pembelajaran dan hasil belajar kimia siswa kelas X SMA Laboratorium Malang. Tesis tidak diterbitkan Malang: Pendidikan Kimia PPS Universitas Negeri Malang

Susilana, R. & Riyana, C. 2007. Media Pembelajaran. Bandung: CV Wacana Prima

Trianto. 2009. Mendesain Model Pengembangan Model Pembelajaran Inovatif-Proresif, konsep, landasan dan implementasinya pada kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP). Surabaya: Kencana Prenada Media Group
Zulfikarini, S. 2005. Penggunaan Model Pembelajarn Inkuiri Terbimbing dan Kooperatif Model STAD Untuk Materi Pokok Larutan Elektrolit dan Non-Elektrolit sesuai kurikulum 2004 (KBK) pada siswa kelas X SMAN 2 Malang. Skripsi tidak diterbitkan Malang: FMIPA Universitas Negeri Malang